Kembali Lagi Saya Sayang ( Sukoatiden07) yang ganteng ini :D
yuk langsung ke topik
Sejarah Valentine's Day dan Hukumnya menurut Islam
- Boleh jadi tanggal 14 Februari setiap tahunnya merupakan hari yang
ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di
berbagai belahan bumi lainnya. Sebab hari itu banyak dipercaya orang
sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari
Valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya
sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa ‘kasih sayang’, walau pun pada
hakikatnya bukan kasih sayang melainkan hari ‘making love’.
Dan seiring dengan
masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari
valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan
remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan
rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya,
menyemarakkan suasana Valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan
remaja muslim sekali pun.
Sejarah Valentine
Valentine’s Day
menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya
berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I
pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama
Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari
raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity,
menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi
kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara
Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada
14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Keterangan seperti
ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari
kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita,
bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani
secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.
Sementara di dalam
tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari
besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis
(penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Katakanlah,
“Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Kalau dibanding
dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan
Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga
seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana
haramnya pelaksanaan Natal bersama.
Fatwa Majelis Ulama
Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal
masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada
fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa
masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah
aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari
besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?”
mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti,
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan
kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak
ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama
dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini
merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik,
menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi
bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.
Disebut tuhan
cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina
dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik,
seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering
disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di
dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris
hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat
Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan
simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan
semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para
dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari
simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan
pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti
pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari
Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan
larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan,
berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah
ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak
sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka
saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka,
hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah
hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih
sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang
tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini
bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu
bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan
hak asasi yang dilindungi undang-undang.
Bahkan para orang
tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina
dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak
selalu Allah sybhanahu wa ta’ala berfirman tentang zina, bahwa perbuatan
itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al Isra’: 32)
Kasih Sayang Menurut Islam
Di dalam Islam
tidak ada Valentine, sebab kata Valentine itu merupakan istilah impor
dari agama di luar Islam. Bahkan latar belakang sejarah dan esensinya
pun tidak sejalan dengan Islam.
Namun kalau yang
anda inginkan adalah perwujudan rasa kasih sayang menurut syariah Islam,
tentu saja Islam merupakan ‘gudang’ nya kasih sayang. Tidak sebatas
pada orang-orang terkasih saja, bahkan kasih sayang kepada semua orang.
Bahkan hewan pun termasuk yang mendapatkan kasih sayang.
Cinta kepada Kekasih
Kasih sayang kepada
orang terkasih pun ada di dalam Islam, bahkan menyayangi pasangan kita
dinilai sebagai ibadah. Ketika seorang wanita memberikan seluruh
cintanya kepada laki-laki yang dicintainya, maka Allah pun mencurahkan
kasih sayang-Nya kepada wanita itu. Hal yang sama berlaku sebaliknya.
Namun kasih sayang
antara dua insan di dalam Islam hanya terjadi dan dibenarkan dalam
ikatan yang kuat. Di mana laki-laki telah berjanji di depan 2 orang
saksi. Janji itu bukan diucapkan kepada si wanita semata, melainkan juga
kepada orang yang palingbertanggung-jawab atas diri wanita itu, yaitu
sang ayah. Ikatan ini telah menjadikan pasangan laki dan wanita ini
sebagai sebuah keluarga. Sebuah ikatan suami istri.
Adapun bila belum
ada ikatan, maka akan sia-sia sajalah curahan rasa kasih sayang itu.
Sebab salah satu pihak atau malah dua-duanya sangat punya kemungkinan
besar untuk mengkhianati cinta mereka. Pasangan mesra di luar nikah
tidak lain hanyalah cinta sesaat, bahkan bukan cinta melainkan birahi
dan libido semata, namun berkedok kata cinta.
Dan Islam tidak
kenal cinta di luar nikah, karena esensinya hanya cinta palsu, cinta
yang tidak terkait dengan konsekuensi dan tanggung-jawab, cinta murahan
dan -sejujurnya- tidak berhak menyandang kata cinta.
Cinta kepada Sesama
Di luar cinta
kepada pasangan hidup, sesungguhnya masih banyak bentuk kasih sayang
Islam kepada sesama manusia. Antara lain bahwa Islam melarang manusia
saling berbunuhan, menyakiti orang lain, bergunjing, mengadu domba atau
pun sekedar mengambil harta orang lain dengan cara yang batil.
Bandingkan dengan
peradaban barat yang sampai hari duduk di kursi terdepat sebagai jagal
yang telah membunuh berjuta nyawa manusia. Bukankah suku Indian di benua
Amerika nyaris punah ditembaki hidup-hidup? Bukankah suku Aborigin di
benua Australia pun sama nasibnya?
Membunuh satu nyawa
di dalam Islam sama saja membunuh semua manusia. Bandingkan dengan
jutaan nyawa melayang akibat perang dunia I dan II. Silahkan hitung
sendiri berapa nyawa manusia melayang begitu saja akibat ledakan bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki?
Silahkan buka
lembaran sejarah, siapakah yang dengan bangga bercerita kepada anak
cucunya bahwa nenek moyang mereka berhasil membanjiri masjid Al Aqsha
dengan genangan darah muslimin, sehingga banjir darah di masjid itu
sebatas lutut kuda?
Di awal tahun
90-an, kita masih ingat bagaimana Serbia telah menyembelih umat Islam di
Bosnia, anak-anak mati ditembaki. Bahkan janin bayi di dalam perut
ibunya dikeluarkan dengan paksa dan dijadikan bola tendang. Bayangkan,
kebiadaban apa lagi yang bisa menandinginya?
Sesungguhnya
peradaban barat itu bertqanggung jawab atas semua ini. Tangan mereka
kotor dengan darah manusia, korban nafsu angkara murka.
Kasih sayang yang
sesungguhnya hanya ada di dalam Islam. Sebuah agama yang terbukti secara
pasti telah berhasil menjamin keamanan Palestina selama 14 abad
lamanya. Di mana tiga agama besar dunia bisa hidup akur, rukun dan
damai. Palestina baru kembali ke pergolakannya justru setelah kaum
yahudi menjajahnya di tahun 1948.
Bahkan gereja Eropa di masa kegelapan (Dark Ages)
pun tidak bisa melepaskan diri dari cipratan darah manusia, ketika
mereka mengeksekusi para ilmuwan yang dianggap menentang doktrin gereja.
Tanyakan kepadaGalileo Galilei, juga kepada Copernicus, apa yang
dilakukan geraja kepada mereka? Apa yang menyebabkan kematian mereka?
Atas dosa apa keduanya harus dieksekusi? Keduanya mati lantaran
mengungkapkan kebenaran ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu
pengetahuandianggap tidak sesuai dengan kebohongan gereja.
Kalau kepada
ilmuwan gereja merasa berhak untuk membunuhnya, apatah lagi dengan orang
kebanyakan. Lihatlah bagaimana pemuda Eropa dikerahkan untuk sebuah
perang sia-sia ke negeri Islam, perang salib. Lihatlah bagaimana nyawa
para pemuda itu mati konyol, karena dibohongi untuk mendapatkan surat
pengampunan dosa, bila mau merebut Al Aqsha.
Sejarah kedua agama itu, berikut sejarah Eropa di masa lalu kelam dan bau anyir darah. Sejarah hitam nan legam…
Bandingkan dengan
sejarah Islam, di mana anak-anak bermain dengan bebas di taman-taman
kota, meski orang tua mereka lain agama. Bandingkan dengan sejarah
perluasan masjid di Mesir yang tidak berdaya lantaran tetangga masjid
yang bukan muslim keberatan tanahnya digusur. Bandingkan dengan
pengembalian uang jizyah kepada pemeluk agama Nasrani oleh panglima Abu
Ubaidah Ibnul Jarah, lantaran merasa tidak sanggup menjamin keamanan
negeri.
Siapakah yang
menampung pengungsi Yahudi ketika diusir dari Spanyol oleh rejim
Kristen? Tidak ada satu pun negara yang mau menampung pelarian Yahudi
saat itu, kecuali khilafah Turki Utsmani. Sebab meski tidak seagama,
Islam selalu memandang pemeluk agama lain sebagai manusia juga. Mereka
harus dilindungi, diberi hak-haknya, diberi makan, pakaian dan tempat
tinggal layak. Syaratnya hanya satu, jangan perangi umat Islam. Dan itu
adalah syarat yang teramat mudah.
Maka kalau kita bicara cinta dan kasih sayang, Islam lah bukti nyatanya.
0 komentar:
Posting Komentar